Skip to main content

Tanda-tanda Putus Asa dalam Mencari Pekerjaan

CRAZYBLOG


Tony Deblauwe dalam buku Job Hunting karya Febe Chen mengatakan bahwa: setelah beberapa lama, kegagalan dalam memperoleh pekerjaan mengakibatkan keputusasaan. Ini wajar. Jika tak punya pekerjaan, lalu dari mana kita punya uang untuk membayar berbagai kebutuhan? Bagi kebanyakan orang, berburu pekerjaan bverhubungan langsung dengan upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Lalu tahukan anda apa saja sih tanda-tanda putus asa tersebut? Ini dia jawabannya seperti yang dikutip dari buku Job Hunting karya Febe Chen.

Tanda putus asa 1: “Aku mau kerja apa saja”
  • Orang-orang yang telah berburu kerja sekian lama, cenderung bersedia untuk bekerja apa  saja walaupun pekerjaan tersebut bukanlah jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas mereka. Orang-orang yang overqualified bersedia melakukannya karena dorongan ekonomi.
  • Kebanyakan orang bekerja apa saja, sambil menantikan kesempatan bekerja yang lebih baik.
  • Kadangkala yang mereka inginkan hanyalah dapat bergabung dalam perusahaan ternama mislanya Apple dan Google. Memiliki pekerjaan di perusahaan bergengsi adalah juga symbol status bagi sebagain besar orang.
  • Banyak pula pekerja yang menitikberatkan pada pencarian pengalaman sehingga bersedia membayar “harga”nya.

Tanda putus asa 2: “Mau dibayar berapa saja”
  • hindari pernyataan bahwa anda mau dibayar berapa saja. Atau tidak mempermasalahkan soal gaji. Apalagi di kesempatan awal interview. Karena hal ini memberi  kesan bahwa anda kurang percaya diri. Lebih baik katakana bahwa permintaan gaji anda dapat dinegosiasi atau bagi anda yang fresh graduate katakan bahwa anda belum pernah bekerja, anda tidak tahu berapa biasanya kisaran gaji yang diberikan untuk posisi anda.


Tanda putus asa 3: “Mengapa tidak menghubungi saya?” da “Kapan saya bias mulai bekerja?”
  •  salah satu tanda pencari kerja yang putus asa adalah sikap yang memaksa
  • sikap yang menyedihkan dari seprang pencari kerja setelah mengirim resume adalah: menelepon dan mnegirim e-mail berkali-kali ketika tidak ada panggilan wawancara. Sikap ini tidak memperlihatkan bahwa Anda adalah orang yang berkeinginan kuat, melainkan menampakkan sikap bahwa anda mengganggu.
  • Walaupun anda telah berada dalam proses wawancara yang berpotensi positif, jaga sikap anda tetap tenang. Hindari pertanyaan yang ngotot dan tuntutan tentang kapan anda masuk kerja sebelum anda diberi pemberitahuan resmi. Sebab merekalah yang menentukan kapan anada mulai. Bila calon bos merasa anda mengganggunya, atau manajer persnalia menganggap anda mengacau konsentrasinya dalam  bekerja, bias jadi kesempatan yang hampir ada di tangan anda itu melayang.

Comments

Popular posts from this blog

OVERQUALIFIED: SALAH SATU ALASAN PENOLAKAN KERJA

CRAZYBLOG Hai blog walker!! Masih soal bukunya Febe Chen:JOB HUNTING!!! Tahukah kamu alasan penolakan kerja???? Salah satunya adalah mungkin kamu overqualified. Overqualified adalah suatu keadaan di mana kamu melamar pekerjaan yang tingkatannya di bawah kemampuan kamu, atau tidak sesuai dengan kemampuan kamu. Contohnya kamu sebelumnya bekerja sebagai manajer, lalu kamu melamar sebagai office boy, nah hasilnya adalah kamu menjadi pegawai yang terlalu “bermutu”. Meskipun kamu sanagt menginginkan pekerjaan tersebut, tapi tetap saja hal itu membuat pemeberi kerja merasa was-was. Kenapa? Ini dia jawabannya dikutip dari buku Job Hunting (Febe Chen). orang yang over qualified dikhawatirkan akan menjadi bosan dengan pekerjaan-pekerjaan di bawah standar kemampuannya. Atau ia punya banayak kelebihan dan skill disbanding pekerjaan sehari-hari yang dikerjakannya. Akibatnya adalah kebosanan, dan motivasi bekerja menjadi berkurang. gaji yang diberikan berada di bawa

Cerbung

16.24 Aku menunduk lemas.. persendianku bagaikan 2 kutub magnet yang sejenis : tolak-menolak dan tak mau saling terkait;atau ibarat dua benda sejenis yang ber-adhesi ria: tak semestinya. Tak ada kekuatan untuk mempertahankan tubuhku dari tarikan gravitasi. “Bruuuk!!!”. Aku ambruk, jatuh ke lantai, tapi dokter Ida segera membangunkanku dan membantuku duduk di sofa maroon : warna kesukaanku. Seharusnya aku tidak perlu jatuh, atau lebih tepatnya aku seharusnya duduk di depan dokter Ida : di balik meja. Tapi hasil test laboratorium yang ditunjukkan padaku bagai stimulant dahsyat yang membuat kakiku refleks memberikan daya dan gaya pada tubuhku untuk berdiri tegap : walau hanya sekejap, persis saat refeks hammer menyentuh bagian patella . Tak ayal, selembar visum et repertum yang ada di tanganku melayang lemah gemulai: perlahan tapi pasti. Ingin rasanya aku segera meremas benda tak berdosa itu, benda yang dulu menjadi lambang kebanggaanku kini menjadi lambang kedukaan bagiku. Ingin