Skip to main content

Contoh Resensi Buku

Assalamualaikum Crazy Reader, kali ini Diana posting resensi buku tulisan Diana sendiri. Gak ada salahnya kan? yah sebagai contoh buat teman-teman yang lagi butuh ato senang dengan dunia tulis-menulis. Ini tulisan Diana sendiri loh? Yuk simak!!!

Resensi Buku Non-Fiksi


Judul Buku : Pinter Saat Puber
Jenis Buku : Non-Fiksi
Pengarang : Dr. Athif Lamadhah
Penerbit : Smart Media
Tempat dan tahun terbit : Surakarta, 2006
Tebal Buku : 184 halaman

Salah satu fase penting yang dialami oleh manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah saat peralihan dari anak-anak menjadi remaja (dewasa). Masa-masa ini lebih populer dengan sebutan masa pubertas. Di mana pada saat ini para remaja mulai meninggalkan masa kecilnya yang polos dan lugu kepada masa pubertas yang matang dan berakal.
Di masa pubertas ini para remaja mengalami perubahan yang berarti dalam hidup mereka. Baik itu perubahan secara fisiologis (jasmani) maupun psikologis (kejiwaan/rohani). Perubahan secara fisiologis yakni tumbuhkembangnya organ atau anggota badan, sedangkan perubahan secara psikologis mereka mengalami pematangan atau pendewasaan jiwa. Dan sejak memasuki masa dewasa tersebut, mereka telah terbebani tanggung jawab terhadap segala perbuatannya.
Namun terkadang para remaja (muslimah khususnya) kebingungan bahkan tidak tahu terhadap apa yang sedang dialaminya pada masa pubertas tersebut. Seperti kebingungan saat mengalami PMS (Pre Menstrualtension Syndrome) atau gejala sebelum haid, kebingungan saat mulai tumbuh bintik-bintik di wajah (jerawat) bahkan sampai kebingungan saat jatuh cinta.
Buku yang berjudul ”Pinter Saat Puber” ini mengupas secara tuntas masalah pubertas dari A sampai Z -beserta gejala-gejala dan solusinya- yang ditujukan khusus untuk remaja muslimah agar mereka dapat menjalani dan menikmati hari di masa pubertas mereka dengan baik. Hal ini penting sekali untuk mereka ketahui agar mereka tidak kebingungan lagi dan dapat menyikapi gejala-gejala pubertas tersebut.
Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para muslimah sejati dalam membentuk kepribadian yang baik menurut agama. Dan kita juga dapat mentauladani tokoh-tokoh muslimah di zaman para nabi yang ada di buku ini.
Dalam buku yang ditujukan khusus untuk perempuan ini, tampak sekali bahwa penulis menginginkan generasi muslimah menjadi generasi yang dapat memperindah nama Islam. Sebab sesungguhnya musuh-musuh Islam (Yahudi maupun Non Yahudi) dengan gerakan Masonia sangat berambisi untuk menghancurkan Islam. Dan salah satu caranya ialah dengan merusak kepribadian sekaligus menguasai jiwa remaja muslimah terutama anak-anak. Karena mereka tahu bahwa kesucian penjagaan diri setiap muslimah tidak dapat ditukar dengan nilai apapun. Singkatnya, bisa dikatakan bahwa anak-anak dan remaja merupakan sasaran utama musuh-musuh Islam dalam upaya menghancurkan Islam.
Di sisi lain, penulis sepertinya kurang memperhatikan struktur pemaparan atau pembagian materi. Sehingga penjelasannya terkesan berputar-putar dan tidak fokus padahal tujuannya satu atau sama. Namun semua itu tak ada artinya dibandingkan dengan maksud dari penulisan buku ini. Dengan hadirnya buku ini diharapkan para remaja bisa menjadi generasi yang baik dan mampu membentengi diri dari pengaruh musuh-musuh Islam yang hendak menghancurkan Islam.




Resensi Buku Fiksi


Judul Buku : Pulang
Jenis Buku : Fiksi
Pengarang : Toha Mohtar
Penerbit : Pustaka Jaya
Tempat dan tahun terbit : Jakarta, 2002
Tebal Buku : 104 halaman

Buku ini berbentuk roman kejiwaan yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1957. Roman ini pada mulanya dimuat tersambung dalam suatu majalah dan pernah dibuat film oleh Turino Djunaidi sebelum menjadi buku.
Roman ”Pulang” ini mengambil setting saat peperangan melawan Belanda mencapai titik akhir. Bagian pertama roman ini bercerita tentang suka cita tokoh Tamin, sang tokoh utamanya yang telah kembali (pulang) dari berperang selama tujuh tahun di negeri seberang. Kepulangannya disambut dengan suka cita oleh keluarga dan orang-orang di desanya, terutama ayahnya. Kepulangan Tamin seolah-olah memberi harapan baru yang lebih cerah untuk masa depan keluarganya dan menghidupkan kembali semangat hidup ayahnya yang selama ini padam. Namun di tengah cerita, Tamin mengalami konflik batin yang hebat. Tokoh Gamik dan Pardan, sahabat Tamin sejak kecil, menjadi pahlawan di desanya. Mereka gugur setelah berperang melawan Belanda untuk mempertahankan tanah air, sehingga desa mereka terkenal akan pengorbanan mereka hingga ke desa lainnya. Sementara itu jauh di negeri Belanda, Tamin berperang di samping Belanda, menjadi heiho yang pada hakekatnya adalah memerangi diri sendiri. Hal ini harus dirahasiakan dari siapa pun. Karena orang-orang di desanya -termasuk keluarganya- pasti akan marah jika mereka sampai tahu yang sebenarnya.
Ketakutannya itu menjadikannya untuk melangkahkan kakinya keluar dari desa tanpa sepengetahuan siapa pun, tanpa tujuan yang jelas dan tanpa memikirkan bagaimana kondisi ayah yang telah ia ’obati’. Tamin mencoba menghindar dari segala kemungkinan terburuk yang akan dialaminya di desa. Entah sampai kapan. Mungkin sampai orang-orang menyadari bahwa sesungguhnya ia tidak bersalah karena ia hanyalah korban penipuan kaum Belanda yang mengatakan diri sebagai penyelamat.
Dalam roman ini, terselip makna simbolik. Tanah warisan turun-temurun yang dimiliki oleh keluarga Tamin ibarat tanah air yang musti kita jaga, jangan sampai ia direnggut orang. Jika itu terjadi, kita harus dapat memilikinya kembali dengan pengorbanan apapun. Di sini pengarang tampak sekali ingin menekankan bahwa kita harus bisa mencintai tanah air kita.
Topik yang diangkat oleh pengarang sebenarnya berpangkal pada hal yang sederhana. Namun justru karena sederhana maka roman ”Pulang” ini terasa sangat jernih, bening dan liris. Ditambah lagi dengan kepekaan pengarang dalam menuliskan berbagai objek, peristiwa maupun konflik dengan diksi yang tepat sehingga terasa begitu nyata, kuat, meyakinkan dan seolah-olah kita bisa mengalaminya sendiri.
Pengarang yang semula hanya menulis cerita pendek di berbagai majalah ini mengejutkan dunia Sastra Indonesia dengan roman ”Pulang” ini. Sehingga tak berlebihan apabila roman ini mendapat penghargaan dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional pada tahun 1958. Selain itu roman ini juga sempat diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing.
Sulit menemukan kekurangan buku ini. Alur cerita dan organisasi buku yang baik menjadikan roman ini hampir mendekati sempurna. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa (setelah membacanya).

Comments

Popular posts from this blog

OVERQUALIFIED: SALAH SATU ALASAN PENOLAKAN KERJA

CRAZYBLOG Hai blog walker!! Masih soal bukunya Febe Chen:JOB HUNTING!!! Tahukah kamu alasan penolakan kerja???? Salah satunya adalah mungkin kamu overqualified. Overqualified adalah suatu keadaan di mana kamu melamar pekerjaan yang tingkatannya di bawah kemampuan kamu, atau tidak sesuai dengan kemampuan kamu. Contohnya kamu sebelumnya bekerja sebagai manajer, lalu kamu melamar sebagai office boy, nah hasilnya adalah kamu menjadi pegawai yang terlalu “bermutu”. Meskipun kamu sanagt menginginkan pekerjaan tersebut, tapi tetap saja hal itu membuat pemeberi kerja merasa was-was. Kenapa? Ini dia jawabannya dikutip dari buku Job Hunting (Febe Chen). orang yang over qualified dikhawatirkan akan menjadi bosan dengan pekerjaan-pekerjaan di bawah standar kemampuannya. Atau ia punya banayak kelebihan dan skill disbanding pekerjaan sehari-hari yang dikerjakannya. Akibatnya adalah kebosanan, dan motivasi bekerja menjadi berkurang. gaji yang diberikan berada di bawa

Cerbung

16.24 Aku menunduk lemas.. persendianku bagaikan 2 kutub magnet yang sejenis : tolak-menolak dan tak mau saling terkait;atau ibarat dua benda sejenis yang ber-adhesi ria: tak semestinya. Tak ada kekuatan untuk mempertahankan tubuhku dari tarikan gravitasi. “Bruuuk!!!”. Aku ambruk, jatuh ke lantai, tapi dokter Ida segera membangunkanku dan membantuku duduk di sofa maroon : warna kesukaanku. Seharusnya aku tidak perlu jatuh, atau lebih tepatnya aku seharusnya duduk di depan dokter Ida : di balik meja. Tapi hasil test laboratorium yang ditunjukkan padaku bagai stimulant dahsyat yang membuat kakiku refleks memberikan daya dan gaya pada tubuhku untuk berdiri tegap : walau hanya sekejap, persis saat refeks hammer menyentuh bagian patella . Tak ayal, selembar visum et repertum yang ada di tanganku melayang lemah gemulai: perlahan tapi pasti. Ingin rasanya aku segera meremas benda tak berdosa itu, benda yang dulu menjadi lambang kebanggaanku kini menjadi lambang kedukaan bagiku. Ingin